Menurut beberapa ahli pendidikan, banyak teknik-teknik
berkomunikasi yang pas untuk anak di semua umur. Namun, beberapa teknik lain
justru cocok pada anak di rentang usia tertentu. Karena itu, mengenali dan
mengeksplorasi teknik-teknik ini dapat membantu orangtua lebih siap menghadapi
setiap fase perkembangan anaknya.
Memperdalam
percakapan
Teknik ini dapat diterapkan pada anak usia 6 – 12 tahun. Cara
ini dapat membuat anak merasa dekat dengan orangtuanya. Misalnya, jika anak
mengatakan, “aku suka Raihan” orangtua dapat meresponnya dengan berkata, “coba,
katakan pada Ayah/Ibu hal-hal yang membuat kamu suka Raihan”.
Karena keterbatasan kata-kata dan perkembangan sosialnya,
anak mungkin hanya memberikan jawaban berupa satu kata saja terhadap dengan pernyataan
orangtuanya. Bila hal ini terjadi, orangtua dapat membantu anak memperdalam
percakapan dengan memberikan respon verbal dan non-verbal. Respon verbal dapat
berupa pertanyaan balik, sementara respon non-verbal dapat berupa mimik,
perhatian atau bahasa tubuh lainnya. Misalnya, bila sebelumnya orangtua sedang
membaca koran, maka sebaiknya letak dulu korannya, baru merespon pernyataan
anak. Cara ini dapat menyakinkan anak bahwa orangtua mendengarkan dan mengerti
perasaan mereka.
Lelucon
Lelucon adalah teknik yang dapat menyelamatkan orangtua dari
kemungkinan marah dan dapat diterapkan untuk semua umur. Lelucon dapat membantu
orangtua mengeluarkan segala ketegangan sepanjang hari ataupun ketegangan yang
dialaminya bersama anak.
Lelucon dapat berwujud banyak bentuk. Salah satu bentuk –
bentuk lelucon saat situasi stres adalah menertawakan diri sendiri.
Berbuat kesalahan dan menertawakannya disaat genting bukan
hanya dapat menurunkan suhu ruangan tapi juga mengajarjan anak-anak untuk tidak
tegang menghadapi hidup. Dengan menertawakan diri sendiri, orangtua dapat
menunjukan pada anak bahwa kepercayaan diri seseorang tidak berlandaskan apa yang
dilakukan seseorang, namun pada siapa dirinya.
Orangtua dapat juga memmbuat lelucon ringan terhadap
keselahan anak-anak. Lelucon ini harus memiliki cita rasa yang baik dan
mempertimbangkan perasaan anak. Misalnya dalam perjalanan ke sekolah orangtua
melihat awan gelap menutupi kecerahan langit, maka teknik ini dapat digunakan
untuk mengubah suasana hati anak-anak menjadi lebih ceria. Ayah atau Ibu dapat
menyanyikan lagu gembira dengan lirik yang lucu atau saling bertukar cerita
lucu. Percayalah, anak-anak akan sangat bersemangat menceritakan cerita lucu
mereka.
Menggambarkan
Teknik dapat diterapkan pada anak semua umur. Cara
describing digunakan dengan mengambarkan masalah yang dimiliki orangtua, tanpa
menyalahkan atau menyerang anak. Untuk mencapai tujuan orangtua harus dapat
menerima kenyataan bahwa orangtualah yang memiliki masalah, bukan anak.
Misalnya bagi anak, kamar yang berantakan atau rambut yang tidak disisir bukan
masalah buat mereka, namun merupakan masalah bagi orangtua.
Orangtua yang demokratis tak hanya mengajarkan anak-anak
dari perilaku yang salah menjadi benar tetapi juga menjadi contoh perilaku yang
diinginkan orangtua kemudian menerapkan teknik menggambarkan.
Teknik menggambarkan juga bisa mengajarkan anak bertanggung
jawab terhadap solusinya. Daripada berteriak pada anak, contohnya, orangtua
dapat menggambarkan masalah pada anak. Kalimat “Ibu melihat ada handuk basah di
kamar mandi” pesannya sama dengan teguran “sudah berapa kali Ibu bilang bahwwa
kamu tidak boleh meninggalkan handuk basah di kamar mandi”.
Orantua juga dapat mengambarkan masalah yang membutuhkan
pemecahan dengan mengunakan satu kata. Dengan mengatakan “handuk basah” anak
akan mengerti bahwa yang dimaksud orangtuanya adalah ia harus mengambil dan
menjemur handuk basah di tempatnya.
Pesan “saya”
Pesan “saya” atau “I messages” adalah salah satu cara
berkomunikasi yang sangat berpengaruh terhadap lancarnya komunikasi orangtua
dan anak. Teknik ini akan membuat anak merasa dihargai orangtua dan merasa
terlibat dengan perasaan atau keinginan orangtua. Sayangnya, kebanyakan
orangtua lebih suka mengunakan kata “kamu” daripada “saya”. Misalnya “kamu kok
susah sekali dikasih tau, sudah berapa kali Ibu bilang, kulit pisang itu
dibuang dimana?” Padahal kata “kamu” akan mengeluarkan reaksi defensif dari
anak berupa aksi melawan. Reaksi ini lebih jelas terlihat pada remaja.
Karenanya, jauh lebih menguntungkan bila orangtua
membiasakan diri mengunakan kata “saya” diawal kalimat, khususnya ketika
meminta anak melakukan perbuatan yang dikehendaki orangtua. Salah satu contoh
pesan “saya” adalah Ibu/Ayah marah kalau kulit pisang dibuang ditengah jalan
karena kulit pisang itu akan membuat orang yang menginjaknya terpeleset dan
jatuh.
Pesan “saya” menghubungkan perasaaan kepada konsekuensi,
bukannya pribadai anak. Hal ini juga akan mengkomunikasikan nilai dan respek. Salah
satu contoh dari pesan “saya” untuk anak yang lenih tua dapat berupa
kekhawatiran sebagai berikut : “Ibu khawatir kalau abang pulang terlambat dan
tidak memberitahu Ibu karena Ibu takut sesuatu terjadi pada diri abang”.
Pernyataan terbuka
Teknik komunikasi dengan pernyataan terbuka (open ended question)
adalah cara lain dari alat yang dapat membuat anak terangsang untuk berbicara
dengan orangtua. Pertanyaan terbuka membuat anak harus menjawab lebih dari satu
kata. Sebaliknya pertanyaan yang hanya membutuhkan satu kata sebagai pertanyaan
adalah pertanyaan tertutup. Contoh “berapa umur kamu” atau “kamu sekarang kelas
berapa?” dengan satu kata saja kedua pertanyaan tersebut sudah terjawab.
Untuk melatih anak memperluas percakapan, gunakanlah
pertanyaan terbuka seperti “apa saja yang kamu sukai hari ini di sekolah?” atau
“apa yang terjadi dengan tes membaca alquran hari ini?” Memmang mungkin terjadi
anak akan menjawab “tidak terjadi apa-apa”. Apabila hal itu terjadi ada dua
pendekatan yang dapat dilakukan. Pertama, tinggalkan anak sendiri karena anak
belum siap untuk membicarakan apa yang dialaminya hari itu. Atau kedua, nakan
teknik lain seperti memperdalam pertanyaan pertanyaan dan refleksi. Beberapa
anak memiliki kesukaran dalam mengekspresikan pikiran dan perasaaannya. Mengunakan
teknik yang bervariasi secara bersamaan diketahui lebih efisien dan membantu
memperlancar komunikasi.
Umumnya anak yang lebih tua memuliki kemampuan berkomunikasi
yang lebih baik daripada anak yang lebih muda. Namun, orangtua dapat mengunakan
teknik ini pada anak pra-sekolah dalam rangka membangun kemapuan berbahasa
anak. Kenyataanya, kemapuan komunikasi dapat menurunkan agresifitas anak,
seperti saling memukul yang merupakan salah satu tanda reaksi dari frustasi.
Pertanyaan terbuka juga mengajarkan anak untuk belajar mendapatkan apa yang
diinginkannya.
Melalui berbagai teknik tersebut, mudah-mudahan orangtua
tidak cepat putus asa saat menemukan hambatan saat berkomunikasi dengan anak.
Tentu saja, orangtualah yang dapat mengenali dengan baiak teknik yang tepat dan
sesuai dengan situasi dan tahap perkembangan anak. Selamat mencoba.