Sabtu, 30 Maret 2013

Tips Bepergian Dengan Bayi



OK. Anda bepergian dengan bayi Anda. Apa masalahnya? Nah, jawaban untuk pertanyaan ini tergantung pada siapa Anda bertanya. Anda sangat mencintai bayi Anda dan sangat bersukacita dalam hidup Anda. Tiba-tiba  Anda harus melakukan perjalanan dengan bayi Anda ! Keadaan ini dapat mebuat sedikit kebingungan bagi orang tua atau pengasuh yang berencana untuk bepergian dengan bayi mereka untuk pertama kalinya. Namun, jika Anda pernah bepergian dengan bayi Anda sebelumnya, Anda mungkin sedikit lebih siap untuk perjalanan Anda berikutnya, atau mungkin juga tidak .
Berikut adalah beberapa tips yang dapat Anda gunakan jika Anda bepergian dengan bayi Anda. Tips ini dapat membantu membuat perjalanan Anda menjadi lebih baik dan mungkin lebih seperti sebuah petualangan dan pengalaman yang menyenangkan bagi Anda, bayi Anda dan orang lain yang mungkin bepergian dengan Anda.
1. Bersiaplah! Ya, Anda mungkin pernah mendengar hal ini sebelumnya, tapi apa artinya dalam kaitannya dengan bayi Anda dan perjalanan yang akan datang? Persiapan untuk setiap perjalanan dengan bayi berarti pertama-tama mengetahui ke mana Anda akan pergi dan apa yang Anda butuhkan untuk sampai ke sana. Anda juga perlu tahu apa yang Anda butuhkan untuk bayi Anda ketika Anda sampai di sana. Jika Anda tidak siap, maka mimpi buruk tidak hanya terjadi selama perjalanan saja tetapi dapat berlanjut  sampai di tempat tujuan Anda  jika Anda tidak memiliki item kebutuhan bayi di tempat tujuan Anda.
2. Tahu aturan. Persiapkan untuk perjalanan Anda dengan bayi Anda meliputi banyak hal. Namun, tips selanjutnya adalah tentang bagaimana persiapan pengetahuan Anda sendiri. Mengetahui aturan tentang metode perjalanan yang Anda gunakan serta  aturan dan pedoman yang menyertai lingkungan Anda saat bepergian dengan bayi Anda dapat membantu membuat perjalanan lebih menyenangkan.
Misalnya, jika Anda bepergian melalui udara dengan bayi Anda, Anda harus berhati-hati dan mengetahui pedoman tentang hal apa yang mempengaruhi bayi Anda saat makan atau yang dapat lakukan di pesawat terbang. Mungkin ada pembatasan jumlah ASI atau susu formula bayi cair yang dapat diizinkan untuk dibawa ke pesawat. Jika bayi Anda berada dalam fase merangkak, bayi Anda mungkin tidak akan diizinkan untuk merangkak di lorong pesawat. Mengetahui dan mematuhi pedoman yang berlaku akan membantu membuat perjalanan Anda lebih menyenangkan.
3. Pikirkan tentang bagaimana bayi Anda bisa bahagia selama perjalanan. Anda dengan mudah akan melihat orang tua yang telah meluangkan waktu untuk merencanakan perjalanan untuk anak mereka. Anda dapat melakukan hal yang sama juga! Apa yang bayi Anda suka? Terlepas dari kebutuhan makanan dan minuman, bayi Anda juga bisa mendapatkan kesenangan dari permainan, kegiatan, mainan, buku, musik, dan hal-hal lain yang dapat membuat bayi Anda terlibat dan membantu dia memiliki waktu yang baik selama perjalanan.
Jika Anda berada di ruangan tertutup seperti pesawat terbang, Anda mungkin akan dibatasi dalam beberapa hal, seperti tidak boleh menyanyi terlalu keras dengan bayi Anda.  Namun,  untuk perjalanan mengunakan mobil Anda sendiri, Anda bisa menyanyi dan tertawa dengan suara keras bersama bayi Anda untuk menciptakan suasana gembira selama perjalanan.

Selasa, 26 Maret 2013

Teknik Berkomunikasi Yang Tepat Dengan Anak



Menurut beberapa ahli pendidikan, banyak teknik-teknik berkomunikasi yang pas untuk anak di semua umur. Namun, beberapa teknik lain justru cocok pada anak di rentang usia tertentu. Karena itu, mengenali dan mengeksplorasi teknik-teknik ini dapat membantu orangtua lebih siap menghadapi setiap fase perkembangan anaknya. 

Memperdalam percakapan
Teknik ini dapat diterapkan pada anak usia 6 – 12 tahun. Cara ini dapat membuat anak merasa dekat dengan orangtuanya. Misalnya, jika anak mengatakan, “aku suka Raihan” orangtua dapat meresponnya dengan berkata, “coba, katakan pada Ayah/Ibu hal-hal yang membuat kamu suka Raihan”.

Karena keterbatasan kata-kata dan perkembangan sosialnya, anak mungkin hanya memberikan jawaban berupa satu kata saja terhadap dengan pernyataan orangtuanya. Bila hal ini terjadi, orangtua dapat membantu anak memperdalam percakapan dengan memberikan respon verbal dan non-verbal. Respon verbal dapat berupa pertanyaan balik, sementara respon non-verbal dapat berupa mimik, perhatian atau bahasa tubuh lainnya. Misalnya, bila sebelumnya orangtua sedang membaca koran, maka sebaiknya letak dulu korannya, baru merespon pernyataan anak. Cara ini dapat menyakinkan anak bahwa orangtua mendengarkan dan mengerti perasaan mereka.

Lelucon
Lelucon adalah teknik yang dapat menyelamatkan orangtua dari kemungkinan marah dan dapat diterapkan untuk semua umur. Lelucon dapat membantu orangtua mengeluarkan segala ketegangan sepanjang hari ataupun ketegangan yang dialaminya bersama anak.
Lelucon dapat berwujud banyak bentuk. Salah satu bentuk – bentuk lelucon saat situasi stres adalah menertawakan diri sendiri. 

Berbuat kesalahan dan menertawakannya disaat genting bukan hanya dapat menurunkan suhu ruangan tapi juga mengajarjan anak-anak untuk tidak tegang menghadapi hidup. Dengan menertawakan diri sendiri, orangtua dapat menunjukan pada anak bahwa kepercayaan diri seseorang tidak berlandaskan apa yang dilakukan seseorang, namun pada siapa dirinya.

Orangtua dapat juga memmbuat lelucon ringan terhadap keselahan anak-anak. Lelucon ini harus memiliki cita rasa yang baik dan mempertimbangkan perasaan anak. Misalnya dalam perjalanan ke sekolah orangtua melihat awan gelap menutupi kecerahan langit, maka teknik ini dapat digunakan untuk mengubah suasana hati anak-anak menjadi lebih ceria. Ayah atau Ibu dapat menyanyikan lagu gembira dengan lirik yang lucu atau saling bertukar cerita lucu. Percayalah, anak-anak akan sangat bersemangat menceritakan cerita lucu mereka. 

Menggambarkan
Teknik dapat diterapkan pada anak semua umur. Cara describing digunakan dengan mengambarkan masalah yang dimiliki orangtua, tanpa menyalahkan atau menyerang anak. Untuk mencapai tujuan orangtua harus dapat menerima kenyataan bahwa orangtualah yang memiliki masalah, bukan anak. Misalnya bagi anak, kamar yang berantakan atau rambut yang tidak disisir bukan masalah buat mereka, namun merupakan masalah bagi orangtua.

Orangtua yang demokratis tak hanya mengajarkan anak-anak dari perilaku yang salah menjadi benar tetapi juga menjadi contoh perilaku yang diinginkan orangtua kemudian menerapkan teknik menggambarkan.

Teknik menggambarkan juga bisa mengajarkan anak bertanggung jawab terhadap solusinya. Daripada berteriak pada anak, contohnya, orangtua dapat menggambarkan masalah pada anak. Kalimat “Ibu melihat ada handuk basah di kamar mandi” pesannya sama dengan teguran “sudah berapa kali Ibu bilang bahwwa kamu tidak boleh meninggalkan handuk basah di kamar mandi”.
Orantua juga dapat mengambarkan masalah yang membutuhkan pemecahan dengan mengunakan satu kata. Dengan mengatakan “handuk basah” anak akan mengerti bahwa yang dimaksud orangtuanya adalah ia harus mengambil dan menjemur handuk basah di tempatnya.

Pesan “saya”
Pesan “saya” atau “I messages” adalah salah satu cara berkomunikasi yang sangat berpengaruh terhadap lancarnya komunikasi orangtua dan anak. Teknik ini akan membuat anak merasa dihargai orangtua dan merasa terlibat dengan perasaan atau keinginan orangtua. Sayangnya, kebanyakan orangtua lebih suka mengunakan kata “kamu” daripada “saya”. Misalnya “kamu kok susah sekali dikasih tau, sudah berapa kali Ibu bilang, kulit pisang itu dibuang dimana?” Padahal kata “kamu” akan mengeluarkan reaksi defensif dari anak berupa aksi melawan. Reaksi ini lebih jelas terlihat pada remaja.

Karenanya, jauh lebih menguntungkan bila orangtua membiasakan diri mengunakan kata “saya” diawal kalimat, khususnya ketika meminta anak melakukan perbuatan yang dikehendaki orangtua. Salah satu contoh pesan “saya” adalah Ibu/Ayah marah kalau kulit pisang dibuang ditengah jalan karena kulit pisang itu akan membuat orang yang menginjaknya terpeleset dan jatuh.

Pesan “saya” menghubungkan perasaaan kepada konsekuensi, bukannya pribadai anak. Hal ini juga akan mengkomunikasikan nilai dan respek. Salah satu contoh dari pesan “saya” untuk anak yang lenih tua dapat berupa kekhawatiran sebagai berikut : “Ibu khawatir kalau abang pulang terlambat dan tidak memberitahu Ibu karena Ibu takut sesuatu terjadi pada diri abang”.

Pernyataan terbuka
Teknik komunikasi dengan pernyataan terbuka (open ended question) adalah cara lain dari alat yang dapat membuat anak terangsang untuk berbicara dengan orangtua. Pertanyaan terbuka membuat anak harus menjawab lebih dari satu kata. Sebaliknya pertanyaan yang hanya membutuhkan satu kata sebagai pertanyaan adalah pertanyaan tertutup. Contoh “berapa umur kamu” atau “kamu sekarang kelas berapa?” dengan satu kata saja kedua pertanyaan tersebut sudah terjawab.

Untuk melatih anak memperluas percakapan, gunakanlah pertanyaan terbuka seperti “apa saja yang kamu sukai hari ini di sekolah?” atau “apa yang terjadi dengan tes membaca alquran hari ini?” Memmang mungkin terjadi anak akan menjawab “tidak terjadi apa-apa”. Apabila hal itu terjadi ada dua pendekatan yang dapat dilakukan. Pertama, tinggalkan anak sendiri karena anak belum siap untuk membicarakan apa yang dialaminya hari itu. Atau kedua, nakan teknik lain seperti memperdalam pertanyaan pertanyaan dan refleksi. Beberapa anak memiliki kesukaran dalam mengekspresikan pikiran dan perasaaannya. Mengunakan teknik yang bervariasi secara bersamaan diketahui lebih efisien dan membantu memperlancar komunikasi.

Umumnya anak yang lebih tua memuliki kemampuan berkomunikasi yang lebih baik daripada anak yang lebih muda. Namun, orangtua dapat mengunakan teknik ini pada anak pra-sekolah dalam rangka membangun kemapuan berbahasa anak. Kenyataanya, kemapuan komunikasi dapat menurunkan agresifitas anak, seperti saling memukul yang merupakan salah satu tanda reaksi dari frustasi. Pertanyaan terbuka juga mengajarkan anak untuk belajar mendapatkan apa yang diinginkannya.
Melalui berbagai teknik tersebut, mudah-mudahan orangtua tidak cepat putus asa saat menemukan hambatan saat berkomunikasi dengan anak. Tentu saja, orangtualah yang dapat mengenali dengan baiak teknik yang tepat dan sesuai dengan situasi dan tahap perkembangan anak. Selamat mencoba.

Rabu, 20 Maret 2013

Tingkatan Dan Tanda-Tanda Fobia Sekolah Yang Dialami Anak

Fobia sekolah yang dialami oleh anak terdiri dari beberapa tingkatan. Pada umumnya para ahli menyimpulkan bahwa setidaknya ada empat jenis fobia sekolah, yang ditandai dengan penolakan masuk sekolah, mulai dari yang ringan sampai yang berat.

1. Fobia sekolah tahap awal. Ini adalah perilaku masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari satu minggu. Penanganan yang cepat dari orangtuaakan segera menyembuhkan ketakutan pada anak.

2. Fobia sekolah yang lebih besar. Ini adalah perilaku menolak sekolah yang telah berlangsung lebih dari satu minggu. Untuk menyembuhkan ketakutan tersebut,orangtua perlu bekerja lebih keras lagi dengan melibatkan guru sekolah, konselor anak dan guru BP disekolah. Kalau pada tahap ini, ketakutan anak tidak diselesaikan, maka akan dikhawatirkan akan meningkat ke tahap berikutnya yaitu tahap akut.

3. Fobia tahap akut. Inilah adalah perilaku penolakan terhadap sekolah yang telah berlangsung lebih lama lagi yaitu dua minggu hingga satu tahun. Untuk menyembuhkan dibutuhkan beberapa kali terapi, mungkin pula membutuhkan bantuan seorang psikolog anak.

4. Fobia yang paling berat. Ini adalah perilaku anak menolak pergi ke sekolah lebih dari satu tahun, bahkan selama anak tersebut bersekolah ditempat itu.

Fobia sekolah ini selalu diawali dengan tahap awal. Semakin lama anak dibiarkan tidak masuk sekolah, maka masalah fobianya akan semakin meningkat. Oleh sebab itu dibutuhkan perhatian serius dan sikap hati-hati dari para orangtua terhadapa perilaku anak-anak.

Adapun beberapa tanda yang dapat dijadikan sebagai kriteria fobia sekolah yaitu menolak untuk berangkat sekolah, mau datang ke sekolah tetapi tidak lama kemudian minta pulang, pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus dengan orangtua atau pengasuhnya atau menunjukan perilaku menjerit-jerit dikelas, agresif terhadap anak lainnya, bahkan menunjukan sikap melawan  atau menentang gurunya. 

Tanda-tanda lain adalah dengan menunjukan ekspresi wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih guru agar mau diizinkan pulang. Dan itu berlangsung selama periode tertentu, tidak masuk sekolah selama beberapa hari, keluhan fisik yang sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, mual, pusing, muntah-muntah, diare, gatal-gatal, gemetaran, berkeringat atau keluhan lainnya agar anak dibolehkan tinggal di rumah dan mengemukan keluhan lain (diluar keluhan fisik) dengan tujuan tidak usah berangkat sekolah.

Selasa, 19 Maret 2013

Cara Menghadapi Anak Pemalu Dan Tertutup



Seiring usia, anak yang cenderung diam dan tertutup akan berubah. Hal ini dapat terjadi dikarenakan hubungan pola interaksi anak yang semakin luas. Anak tidak hanya mengenal objek terdekatnya dan seiring usia anak akan mengerti betapa senangnya dapat terlibat dengan grupnya.

Penyebab anak cenderung menjadi pemalu dan tertutup adalah:

1. Usia anak menyebabkan kadar kepekaan yang berlebihan

2. Ketika anak banyak mengalami peristiwa yang menyebabkannya memiliki penilaian malu, berpengaruh pada pemikirannya yang sering berimbas pada perilakunya.

3. Karena memiliki banyak penilaian yang dimunculkan dari pemikirannya menyebabkan anak mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Anak menjadi sangat menutup diri.

4.Anak pernah dipermalukan oleh orang dekat atau cenderung dekat dengan kehidupannya, hal yang dirasa anak sangat malu menimbulkan dampak ingatan dan konsep anak bisa berpikir tidak memiliki arti, konsep berpikir ini mempengaruhi kepribadian anak.

5. Jarang diberikan reward pujian atau sentuhan dari objek dekat (orangtua, tante, kakek, nenek, om, pengasuh) orang yang terlibat didekat diri anak.

6. Jarang anak dilibatkan dalam komunikasi hangat (bermain bersama anak atau menemani anak ketika bermain).

7. Tidak adanya teman bermain bagi anak.

Usaha mengatasi perasaan malu dan tertutup yang berlebihan pada anak diantaranya:

1. Ketika anak melakukan sesuatu sesuai harapan maupun tidak sesuai harapan maka sikap orangtua baiknya menghargai anak secara proporsional, begitupun ketika memberi hukuman baiknya memberikan hukuman dengan proporsional.

2. Peran orangtua atau pendidik mengarahkan anak agar dapat menerima kenyataan yang ada. Dan yakinkan bahwa anak mampu melakukan semua.

3. Bimbing anak selalu untuk memiliki kepercayaan diri, libatkan anak dalam acara atau kegiatan yang bersifat kerjasama atau melibatkan orang banyak.

4. Beri bimbingan dan pengetahuan tentang kecakapan sosial.

5. Dukung anak selalu dengan memberikan perhatian dan motivasi. Gunakan kesabaran yang besar dalam menghadapi anak.

6. Beri anak kesempatan untuk menjalain pertemanan atau bermain bersama teman-teman di usia grupnya atau diluar usia grupnya.

7. Luangkan waktu untuk menemani anak bermain bersama.

8. Penuhi kebutuhan fisik dan psikis anak, untuk kebutuhan psikis orangtua butuh usaha ekstra sabar dengan selalu mendorong anak tanpa membebani anak.

Senin, 18 Maret 2013

Cara Membantu Anak Mengatasi Fobia Sosial



Waspadai fobia sosial terhadap perkembangan sosial anak. Dalam masa perkembangan seorang anak, seringkali muncul berbagai masalah yang menyebabkan anak tidak berkembang sesuai dengan usianya, sehingga hal ini menyebabkan keterlambatan dan hambatan pada tahap perkembangan berikutnya. Masalah atau gangguan tersebut dapat digolongkan ke dalam lima jenis gangguan perkembangan anak, yang meliputi gangguan psikologis, gangguan kebiasaan, gangguan perilaku, gangguan tidur dan gangguan kecemasan.

Salah satu jenis gangguan kecemasan pada perkembangan anak yaitu fobia sosial. Fobia sosial adalah gangguan perkembangan sosial anak dimana anak berada dalam kondisi irasional, yaitu kecemasan yang berlebihan ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial. 

Fobia sosial pada anak akan mengakibatkan anak menghindar dari orang lain. Umumnya fobia sosial jarang mengalami perbaikan spontan. Akibatnya anak menunjukan perilaku menjauh (avoidance behavior). Salah satu contoh perilaku fobia sosial yang paling umum di alami anak-anak yaitu rasa takut pada orang lain dan situasi sosial. Fobia ini tidak sama dengan sifat pemalu. Anak-anak yang mengalami fobia ini mengalami rasa takut yang teramat sangat sehingga mereka sulit untuk bertemu orang baru, pergi sekolah, atau bergabung dngan teman-teman.

Berikut ini beberapa tanda anak yang mengalami fobia sosial:

1. Anak merasa sangat takut ketika bertemu dengan orang baru.

2. Anak takut menatap mata orang lain dan ia ajrang berbicara pada siapapun yang dikenalnya.

3. Anak merasa sulit untuk berbicara di sekolah.

4. Anak menghindari sebagian besar situasi sosial.

5. Anak merasa sangat gelisah ketika berada dikeramaian.

Beberapa faktor penyebab yang menjadikan anak mengalami fobia sosial:

1. Pola asuh yang salah

2. Trauma

3. Genetik atau bawaan dari lahir

Kecemasan dan ketakutan normal terjadi pada anak dalam masa perkembangan, tetapi jika terus berlanjut dalam waktu yang lama, maka akan melumpuhkan kondisi sosial anak.

Fobia sosial dapat diatasi dengan beberapa kegiatan berikut ini:

1. Orangtua bersikap demokratis

2. Masukan jadwal sosialisasi dalam jadwal kegiatan anak.

3. Kenalkan anak pada berbagai karakter

4. Bermain peran.

5. Sering mengajak anak silaturahmi ke rumah kerabat, sepupu, tetangga, bermain di taman bermain dan tempat keramaian lain.

Bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungan sekitar amatlah penting, karena manusia merupakan makluk sosial yang sangat bergantung pada orang lain. Oleh karena itu orangtua perlu memantau perkembangan sosial anak dari tahap ke tahap.

Jika kita mengenal istilah “mencegah lebih baik dari mengobati” maka ada baiknya para orangtua mengimplementasikan istilah tersebut ke dalam strategi mendidik anak. Orantua perlu memahami kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya dan memperlakukan anak sesuai usianya. Dengan demikian, anak tidak merasa tertekan, cemas maupun takut untuk bersosialisasi dengan siapa saja.