Menghadapi anak yang sudah mulai bisa berbohong memang tidak mudah. Banyak orang tua dibuat cemas dalam menghadapi anak yang suka berbohong. Tidak
jarang mereka lari ke seorang psikiater untuk “menyembuhkan” sang anak. Berikut beberapa tips, untuk mengatasi anak yang sudah
mulai bisa berbohong.
1. Menjadi Teladan Kejujuran
Kebohongan yang dilakukan oleh seorang anak tentu ada sebabnya. Bila itu
mulai terjadi pada diri anak kita, yang pertama kita lakukan
adalah mencari sebab dari kebohongan yang dilakukan oleh anak kita.
Dan marilah kita mencoba merenungkan pada diri kita sendiri. Apakah
kita pernah mengajarkan kebohongan? Kita mungkin merasa tidak pernah
mengajarkan hal yang tidak baik kepada anak kita. Namun pernahkah
kita misalnya mengatakan,”Dek, nanti kalau ada temen Mama yang telfon,
bilang Mama sedang pergi ya…. “ Padahal sang Mama tidak pergi
kemana-mana. Dari kasus di atas kita sama dengan mengajarkan anak
berbohong, walaupun secara tidak sadar. Kita telah membuat anak berpikir
kalau berbohong itu tidak apa-apa, karena kita yang seharusnya jadi
teladan, mengajarkan hal yang demikian.
2. Mengajarkan Nilai Kejujuran dan Buruknya kebohongan
Ada banyak cara mengajarkan nilai kejujuran kepada sang buah hati. Kita bisa mengajarkannya dengan cara mengajarkan lagu yang memiliki pesan tentang nilai kejujuran, atau
mendongengkan anak tentang cerita yang memiliki pesan tentang nilai
kejujuran. Kita juga bisa juga mengambil cerita-cerita dari buku-buku
agama, khususnya yang diperuntukkan bagi anak-anak. Atau bisa juga
menamkan nilai kejujuran dengan berkata,”Berbohong itu dosa”, “Allah
menyayangi anak yang jujur”, “Mama sedih kalau adek berbohong….”, dan
masih banyak lagi. Cukup kata-kata yang singkat saja, namun bisa
memberikan alasan yang kuat mengapa berbohong itu tidak baik.
3. Mengajarkan Kesederhanaan dan Rasa Bersyukur
Tidak hanya orang dewasa, anak kecil pun mempunyai gengsi. Biasanya
semakin besar gengsi orang tua, gengsi anak pun demikian juga. Dan
biasanya, anak yang memiliki gengsi yang tinggi lebih sering berbohong.
Terutama di hadapan teman-teman mereka. Misalnya, pada saat ada salah
satu temannya yang bercerita, “Aku punya mainan Ben Ten yang terbaru
lho…. “. Lalu si anak menjawab,”Aku juga punya. Aku malah punya yang
lebih besar dari punyamu.” Padahal kita tidak pernah membelikan mainan
seperti yang anak kita ceritakan kepada temannya itu. Hal itu dilakukan
oleh sang anak, karena dia ingin dipuji dan sadar atau tidak sadar
agar gengsinya tidak “turun”. Maka dalam hal ini, kita sebagai orang
tua, harus bisa memberikan pelajaran kepada si anak akan indahnya
kesederhanaan dan rasa bersyukur. Tanamkanlah di dalam hati anak akan
nilai-nilai kesederhanaan dan rasa syukur mulai dari diri kita sendiri.
Misalnya, dengan membeli baju yang tidak terlalu mahal, menghindari belanja
barang-barang yang tidak penting, menjauhi gaya hidup konsumtif, tidak
banyak mengeluh di hadapan anak-anak, lebih banyak bersyukur meski dalam
keadaan yang sulit. Hal ini akan memberikan motivasi tersendiri bagi
sang anak untuk tumbuh menjadi anak yang jujur.
4. Menghindari Marah Yang Tidak Perlu dan Tidak Pada tempatnya.
Adakalanya kita marah, ada kalanya kita lembut kepada anak. Namun jangan
sampai kita selalu marah, di saat anak kita melakukan kesalahan.
Karena anak yang terlalu sering dimarahi, biasanya juga akan cenderung
suka berbohong. Untuk apa? Masih berhubungan dengan gengsi anak tadi,
yaitu agar dia tidak dimarahi oleh oleh orang tuanya. Maka dari itu,
hindarilah marah yang tidak perlu. Sebagai orang tua, seharusnya kita
lebih bisa bersikap dewasa dalam mencari akar pemasalahan, bukan
langsung menghakimi dengan kemarahan. Setelah akar permasalahan
ditemukan, kita bisa memberikan nasihat-nasihat yang positif. Karena di
dalam keadaan “tenang” sang anak lebih bisa menerima nasihat. Selain itu
kita juga harus menghindari memarahi anak di depan umum, terutama di
depan teman-temannya. Karena sang anak akan merasa harga dirinya
“diinjak-injak.”
5. Menanamkan Rasa Percaya Diri Yang Kuat
Bila anak mulai melakukan kesalahan, sebaiknya kita lebih banyak
memberikan motivasi kepada anak untuk melakukan hal-hal yang baik.
Misalnya, “Lain kali lebih berhati-hati ya…, Lain kali jangan lari-lari
di dalam rumah…. Kalau Adek rajin belajar, pasti bisa dapet nilai
bagus…. Setiap orang pasti pernah salah, jadi belajarlah dari
kesalahan…. “ Masih banyak kata-kata motivasi yang lain yang bisa
menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Rasa percaya diri juga bisa
kita tanamkan dalam bentuk pujian-pujian kepada sang anak.
6. Menjaga Kepercayaan Anak Kepada Orang tua
Seperti di dunia kerja, kepercayaan adalah mahal harganya. Bila kita
bisa menjaga kepercayaan dengan teman-teman dan bos kita, maka kita pun
akan semakin baik dalam berkarir. Namun bila kepercayaan itu sudah
tidak ada, maka hancurlah karir kita di tempat kita bekerja. Maka dari
itu, jagalah kepercayaan antara diri kita dengan sang buah hati.Kita
jangan hanya menuntut anak menjadi “orang kepercayaan” kita, namun sang
anak pun sebenarnya juga menginginkan hal yang sama. Untuk menjaga
kepercayaan anak kepada kita, kita harus bisa menjaga privasi anak,
misalnya untuk tidak mengatakan keburukan-keburukan anak kepada orang
lain, terutama di hadapan sang buah hati. Bila sang anak tahu kalau
orang tuanya sering menjelek-jelekkan dirinya di hadapan orang lain,
sang anak pun akan merasa gengsinya turun. Dan hal ini bisa memicu anak
untuk melakukan kebohongan-kebohongan demi meningkatkan “nama baik”.
7. Berfantasi tidak sama dengan berbohong
Sumber : http://lagu2anak.blogspot.com
Cara Mengatasi Anak Berbohong
4/
5
Oleh
Unknown