Tampilkan postingan dengan label tumbuh kembang anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tumbuh kembang anak. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Mei 2013

Bermain Aktif Dapat Meningkatkan Fungsi Otak Anak


Dengan kemajuan teknologi, elektronik telah menjadi bagian penting dari kehidupan kita. Anak-anak lahir ke dunia teknologi. Mereka tidak bisa membayangkan hidup tanpa itu. Dari televisi dan komputer, anak-anak menerima banyak stimulasi kognitif. Mereka cenderung kurang bermain secara aktif seperti melemparkan bola, lompat tali, atau terlibat dalam beberapa aktivitas fisik setiap hari. Meskipun teknologi ini membantu untuk merangsang pikiran, menjaga tubuh aktif juga penting. Anak-anak membutuhkan permainan fisik dan kegiatan untuk mendukung keterampilan motorik kasar dan gaya hidup sehat.

Pada tahun-tahun utama pendidikan, keterampilan motorik kasar telah diujikan. Anak-anak yang berpartisipasi dalam bermain aktif memiliki kesempatan yang lebih baik pada penilaian tersebut. Mereka mengembangkan kontrol yang lebih baik atas tubuh mereka di bidang kelincahan, koordinasi, dan keseimbangan. Keterampilan ini dapat didukung oleh berbagai kegiatan, seperti lompat tali, menangkap dan melempar bola atau benda lainnya, memanjat. Mencapai keberhasilan dalam kegiatan fisik dan memperoleh pemahaman kesadaran serta dapat membantu anak mendapatkan rasa percaya diri.

Selain keterampilan motorik kasar, bermain aktif juga dapat bermanfaat bagi kesehatan jangka panjang anak. Ini membantu mengembangkan otot besar dan kecil, serta melepaskan energi dan stres. Anak-anak belajar untuk menikmati aktivitas fisik. Partisipasi dalam bermain aktif dapat menyebabkan keterlibatan dalam olahraga, dan mengembangkan minat mereka dalam berbagai bidang. Mereka bisa bergabung dengan tim olahraga atau terlibat dalam aktivitas yang bergantung pada kinerja individu, seperti berenang, atau seni bela diri. Sekarang, obesitas pada anak terus meningkat. Meskipun gizi adalah faktor utama dalam mengontrol berat badan, aktivitas fisik sama pentingnya. Anak-anak yang tidak aktif lebih rentan terkena masalah ini. Bermain aktif membantu memberikan dasar untuk aktivitas fisik ketika dewasa nanti.

Dengan prevalensi Attention Deficit Disorder (ADD) antara anak-anak, bermain aktif menjadi sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik. Mereka membutuhkan outlet untuk melepaskan kelebihan energi. Penelitian menunjukkan bahwa bermain aktif meningkatkan fungsi otak, dan dapat mengurangi beberapa impulsif yang berhubungan dengan ADD. Ini juga memiliki dampak positif pada memori dan belajar. Anak-anak kecil berkembang pada keseimbangan akademisi dan aktivitas fisik. Mereka berkembang menjadi orang dewasa yang percaya diri dan sehat ketika bermain aktif diintegrasikan ke dalam pembangunan masa kecil mereka.

Senin, 13 Mei 2013

Cara Melatih Batita Berjalan


Mulai dari merangkak, duduk, melangkah berjalan sampai berlari. Proses belajar berjalan balita adalah momen luar biasa. Lakukan cara seru ini untuk melatihnya berjalan. Jangan lupa beri pujian atas usahanya untuk berjalan tanpa dibantu.     

Berdiri tegak. Bantu anak berdiri sehingga dia tegak berdiri dan menjejakkan kedua telapak kakinya dengan mantap tanpa bantuan selama setengah menit. Bila anak jatuh duduk, rangsanglah untuk mulai belajar bangkit berdiri sendiri. Bila tahap ini sudah dilewati dan balita mau mencoba melangkah sendiri, maka dia siap untuk berjalan dengan berpegang pada kedua tangan Anda.

Pegang tangan.  Beri anak kesempatan untuk berjalan dengan salah satu atau kedua tangannya sambil memegang tangan Anda dalam jarak dekat. Kegiatan ini mungkin saja melelahkan, tapi kuatkan diri untuk melakukannya.

Berdiri di boks. Biarkan balita berdiri di salah satu sudut boksnya yang diberi pelindung (bumper) di sekeliling bagian dalamnya. Ajarkan dia berpegangan pada pagar boks, lalu biarkan dia berjalan menyusurinya. Cara ini cukup aman karena bila bayi jatuh, tubuhnya akan membentur kasur boks atau bantal. Biarkan balita  jatuh-bangun dalam usahanya untuk berjalan. Waktu 30 menit latihan jalan ini lebih dari cukup untuknya.

Berenang. Biarkan anak berlatih berjalan dengan pengawasan Anda di dalam kolam plastik berisi air atau bola-bola kecil. Dia akan merasa lebih ringan berjalan dan tidak sakit bila jatuh.

Naik-turun. Berikan anak kesempatan naik-turun kursi sendiri dalam pengawasan Anda. Aktivitas ini bisa membantu memupuk rasa percaya dirinya. Anda juga dapat meminta balita berjalan dengan berpegangan pada sisi meja atau kursi, lalu berpindah dari kursi ke kursi. Pastikan benda-benda yang dijadikan pegangan oleh anak itu berdiri cukup kokoh dan tidak mudah bergeser, serta tidak bersudut tajam.

Ambil mainan. Letakkan mainan favoritnya dalam jarak tertentu, jangan terlalu jauh. Iming-imingi anak agar mau berjalan walau sambil berpegangan untuk meraih mainannya itu. Bila memungkinkan dan aman, biarkan si kecil berjalan di lantai yang tidak rata. Cara ini akan menguatkan otot-otot kaki dan tungkai.

Mendorong. Beri anak mainan yang dapat didorong sebagai alat bantu si kecil belajar berjalan. Anak di rentang usia ini memang senang mendorong-dorong benda, bukan? Jangan lupa menyemangatinya agar ia merasa fun.

Pindah barang. Beri anak mainan truk atau gerobak yang dapat ditarik dengan tali. Ajak dia memindah-mindahkan mainan dari satu tempat ke tempat lain.

Tanpa alas kaki. Biarkan kaki anak tanpa alas kaki, seperti kaus kaki atau sepatu, saat belajar berjalan. Selain lebih leluasa mencari keseimbangan, ia juga sangat memerlukan indera peraba di kakinya.

 sumber : http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/tips/melatih.anak.berjalan/001/005/1347/1/1

Selasa, 12 Maret 2013

Memahami Pola Pikir Anak Dan Menghadapinya Dengan Bijak



Memahami pola pikir anak susah-susah gampang. Beda usia, beda pula cara berpikirnya. Simak penjelasan Roslina Verauli, M. Psi, praktisi Tumbuh Kembang RS Pondok Indah, soal perkembangan cara berpikir anak dan bagaimana cara menghadapi mereka dengan bijak.


Sejak anak lahir dan berkembang, ada proses kognitif yang terjadi pada dirinya. Proses-proses kognitif mencakup kegiatan berpikir, menalar, belajar dan memecahkan masalah. Orangtua yang ingin memahami jalan pikir anak, tentu harus mengetahui perkembangan umum kognitif mereka di setiap tahapan usia.


Usia 0 – 2 tahun

Di usia 0 – 2 tahun, anak sudah mulai memersepsi dan bertindak. Perkembangan itu dapat dilihat dari perkembangan motorik mereka. Misalnya, di usia 0 – 1 bulan, kemampuan motorik mereka sebatas melatih refleks yang sudah ada.  Contohnya mengisap puting ibu saat menyusu. Pada usia 1 – 4  bulan, bayi sudah bisa mengulang tindakan seperti membuka dan menutup telapak tangan. Usia 4 – 8 bulan, anak mulai merespon untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, memindahkan penutup untuk mengambil mainan. Usia 12 – 18 bulan, anak mulai tertarik pada karakter sebuah mainan untuk melihat bagaimana mainan bisa berfungsi. Usia 18 – 24 bulan, anaka mulai mengunakan bahasa dan simbol warna-warna dan bentuk-bentuk  benda atau nama-nama binatang. Ekspresi anak mulai terlihat dengan jelas.


Cara menghadapi:

Orang tua harus merangsang anak lebih kreatif dalam berpikir. Contoh, pada bayi yang menangis ingin menyusui, latih mereka untuk menemukan puting si ibu. Selain itu, orang tua juga harus intens membangun ikatan emosi dengan si anak. Contoh, saat menyusui, peluklah anak dengan hangat dan memberikan tepukan lembut serta bernyanyilah dengan gembira. Ketika anak menangis , orang tua harus segera berespon. Dengan begitu anak memiliki rasa percaya dan aman bahwa ketika dia butuh bantuan. Jadi, semakin intens Anda mengasuhnya langsung, semakin kuat pula ikatan emosional antara Anda dan buah hati.


Usia 3 – 5 tahun

Anak-anak usia 3 – 5 tahun sudah mulai berespon menghadirkan setiap pengalamannya secara mental  dengan mengunakan bahasa. Mereka juga lebih imajinatif  dalam bermain. Mulai suka main guru-guruan, panggung boneka dan mulai suka menonton televisi. Di usia ini, anak harus bisa membedakan orang asing dan orang dekat. Dia harus mengerti bagaimana bersikap kepada orang yang dia kenal atau orang asing.


 Cara menghadapi :

Penolakan-penolakan yang sudah mulai dilakukan anak kepada ibu adalah hal wajar. Yang harus dilakukan, saat anak menolak untuk hal-hal disiplin (makan, mandi dan belajar), kita perlu melakukan negosiasi sederhana. Kasih mereka pilihan dan konsekuensi. Contoh, bila anak menolak makan, negosiasikan padanya kapan dia akan menunda waktu makan dan berikan pilihan atau konsekuensi bila dia tidak menepati janjinya.


Usia 6 – 12 tahun

Perkembangan kognitif yang menonjol, mereka berpikir lebih kompleks dan mulai memasuki pendidikan formal. Kehidupan sosial anak usia ini lebih mengutamakan pertemanannya. Berteman itu penting untuk membantu mereka bersosialisasi dengan lingkungan. Usia ini anak sudah mulai punya rahasia. 


Cara menghadapi:
Pastikan anak tidak hanya sekedar belajar dibangku sekolah. Bangun konsep cita-cita pada dia agar dia menjalani hidup dengan tujuan. Tetapi ingat, anak bukan perpanjangan tangan profesi kita yang gagal. Berikan pengetahuan yang seluas-luasnya soal pilihan cita-cita. Tak perlu cemburu bila anak lebih memilih bermain dengan temannya dari pada berkumpul dengan keluarga. Justru, orang tualah yang seharusnya mendorong mereka untuk memiliki teman dan bersosialisasi. Bisnis Online

Sabtu, 09 Februari 2013

Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Anak

1. Faktor Keturunan
Keturunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua Ibu-Bapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit.

 a. Bentuk Tubuh dan Warna Kulit
Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti ayahnya, rambut keriting dan berwarna kulit putih seperti ibunya. Bila anak yang berpembawaan gemuk seperti ini, bagaimanapun susah hidupnya nanti, dia sukar menjadi kurus, tetapi sebaliknya sedikit saja ia makan, akan mudah menjadi gemuk. Demikian juga dengan rambut keriting, bagaimanapun berusaha untuk meluruskannya akhirnya akan kembali menjadi keriting.

b. Sifat-Sifat
Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah atau nenek dan kakek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya: penyabar, pemarah, kikir, pemboros, hemat dan sebagainya.
Sifat-sifat tersebut dibawa manusia sejak lahir. Ada yang dapat dilihat atau diketahui selagi anak masih kecil dan ada pula yang diketahui sesudah ia besar. Misalnya sifat keras (pelawan atau bandel) sudah dapat dilihat sewaktu masih berumur kurang dari satu tahun, sedangkan sifat pemawah baru dapat diketahui setelah anak lanar berbicara, yaitu sekitar 5 tahun.

c. Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga, matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, sosial, agama, dan sebagainya. Seseorang umumnya memiliki bakat tertentu yang terdiri dari satu atau lebih kemampuan khusus yang menonjol dari bidang lainnya. Tetapi ada juga yang tidak memiliki bakat sama sekali, artinya dalam semua bidang ilmu dan keterampilan dia lemah. Ada pula sebagian orang memiliki bakat serba ada, artinya hampir semua bidang ilmu dan keterampilan, dia mampu dan menonjol. Ornag seperti itu tergolong istimewa dan sanggup hidup di mana saja.

Bakat (kemampuan khusus) sebagaimana halnya dengan inteligensi merupakan warisan dari orang tua, nenek, kakek dari pihak ibu dan bapak. Warisan dapat dipupuk dan dikembangkan dengan bermacam cara terutama dengan pelatihan dan didukung dana yang memadai. Seseorang yang memiliki bakat tertentu sejak kecilnya, namun tidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkannya sebab tidak memiliki dana untuk latihan, maka bakatnya tidak dapat berkembang. Hal seperti ini dikatakan bakat terpendam.

Pada umumnya anak-anak mempunyai bakat dapat diketahui orang tuanya dengan memperhatikan tingkah laku dan kegiatan anaknya sejak dari kecil. Biasanya anak yang memiliki bakat dalam suatu bidang dia akan gemar melakukan atau membicarakan bidang tersebut.

d. Penyakit atau Cacat Tubuh
Beberapa penyakit atau cacat tubuh bisa berasal dari keturunan, seperti penyakit kebutuhan, syaraf dan luka yang sulit kering (darah terus keluar).
Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.

2.Faktor Luar (eksternal)
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi ssampai akhir hayatnya.