Kebohongan adalah
hal yang wajar terjadi pada diri anak. Ia hanyalah merupakan sebuah bagian
proses perkembangan kepribadiannya. Maka seringkali kita melihat anak yang
masih kecil sudah bisa berbohong.
Siapapun tentu tidak ingin mempunyai anak yang suka berbohong. Oleh
karena itu sejak dini orang tua harus mampu mengarahkan sehingga tidak menjadi
kebiasaan buruk yang bisa menjadikan anak akan memanfaatkan untuk maksud-maksud
buruk.
Dapat dipastikan
apabila sejak kecil seseorang telah terlatih untuk berbohong, maka banyak
kejahatan yang akan anak lakukan sewaktu dewasa kelak. Untuk menghadapi anak
suka berbohong, orang tua tidak perlu panic. Ayah dan bunda harus mencari
penyebab kebohongan yang dilakukan anak, karena cara penyelesaian yang di
tempuh berbeda satu sama lain. Nasehat yang harus didengarkan anak tentu tidak
sama. Kita sebagai orang tua tidak bisa menyalahkan siapa-siapa kalau anak kita
sudah suka berbohong, karena bisa jadi mereka melihat dari perilaku orang
tuanya yang pernah berbohong dan kita berpikir karena mereka masih kecil pasti
tidak mengerti padahal anak usia dini berada dalam tahap belajar, melihat dan
mencontoh, orang tua kadang mengabaikan hal sepele ini.
Adapun beberapa faktor
yang menyebabkan anak mulai suka berbohong yaitu :
1. Haus pujian
Adapula anak yang
suka berbohong karena ingin dipuji. Pendorongnya adalah naluri anak yang
egosentris, cinta diri sendiri. Jika diarahkan dengan benar, naluri haus pujian
ini tentu berangsur-angsur hilang sesuai perkembangan usia dan kepribadian
anak. Orang tua harus mencari sebanyak mungkin kebaikan-kebaikan yang diperbuat
anak dan segera member pujian. Anak diberikan tugas-tugas yang menantang tetapi
sesuai dengan kemampuannya. Maka pujian harus diberikan kepadanya apabila
tugas-tugas itu dapat dilakukan dengan baik. Mendapat pujian adalah naluri
seorang anak dan orang tua tidak perlu mengekang kebutuhan ini selama
ditempatkan secara benar. Apabila kebutuhan ini tidak tercukupi, sangat besar
kemungkinan anak suka berbohong, membaik-baikan dirinya di depan orang tuanya
karena mereka haus akan sanjungan dan pujian.
2. Imajinasi
Kebohongan tentang
kejadian yang tidak masuk akalpun sering terlontar dari mulut sikecil. Orang
tua perlu menghargai imajinasi ini. Jangan menghina, mencemooh atau meremehkan
imajinasinya. Yang harus dilakukan adalah member pengertian kepada anak sedikit
demi sedikit, mana yang imajinasi dan amana yang sebenarnya. Jangan hanya
menganggukan kepala tanda setuju atau semata berdiam diri saja dengan cerita
khayal mereka. Kelak anak perlu mengerti batas antara dunia imajinasi dengan
dunia nyata.
3. Pahitnya kejujuran
Jika ananda
mengakui kesalahannya sikap orang tua idealnya merespon dengan proforsional,
janagn sampai anak mempunyai pola pikir bahwa kejujuran ankan membahayakan
dirinya. Dan pengalaman pahitpun mendorongnya untuk berbohong dikesempatan lain.
Semula bohong kecil-kecilan, semakin lama semakin besar. Seharusnya orang tua
mau berlapang dada untuk mendengarkan hal-hal yang pahit dari kejujuran. Namun
hal ini jangan menjadikan kita kesal sehingga memberikan kesempatan anak untuk
berbuat dusta gara-gara kita ingin ia mengatakan sesuatu yang menyenangkan
orang tuanya. Jangan sampai anak terdorong mengatakan sesuatu yang mereka
sendiri tidak menyukainya.
4. Intimidasi kebohongan
Anak seorang penipu
mempunyai peluang besar menjadi penipu juga.
Dan itu sangat mudah terjadi, kalau orang tua tidak betul-betul mendidik
anak. Sifat khas orang tua adalah perilaku imitasi.
Ketika anak pulang
dari sekolah, langsung disambut ibu dnegan pertanyaan, apakah ia menangis
disekolah, apakah ia memukul temannya dan beragam pertanyaan lainnya. Yang
menjadi pusat perhatian ibu adalah laporan-laporan negative. Hal ini justru
memicu kebohongan-kebohongan si anak.
sumber: prabumulih pos
sumber: prabumulih pos
Mengapa Anak Berbohong?
4/
5
Oleh
Unknown